Innerchild, masalah masa kecil yang belum tuntas

Innerchild 

Sekitar 2 tahun lalu saya mengenal istilah innerchild, disaat sedang gencar-gencar nya kuliah whatsapp mengenai parenting, disitulah saya mendapatkan materi mengenai innerchild. Jujur saya kaget dengan istilah ini, mengapa kaget? ternyata perilaku dan sikap kita dewasa saat ini sangat ditentukan oleh masa lalu kita. Perilaku dan sikap seperti mudah marah, memukul anak, tidak mudah percaya dengan orang lain, manja, tidak bisa berempati, dsb. Semua hal tersebut sangat dipengaruhi masa lalu, dipengaruhi oleh pola pengasuhan keluarga, lingkungan, dan pendidikan. 

Sekilas informasi mengenai innerchild yang saya rangkum dari sebuah kuliah whatsapp yang diadakan grup whatsapp Kelas Berbagi HS dengan pemateri mba Hessa Kartika. Innerchild merupakan bagian dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman masa kecilnya, pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik (John Bradshaw, 1992). 

Innerchild merupakan salah satu bagian dari alam bawah sadar manusia yang bisa muncul pada orang dewasa dalam bentuk perilaku atau keadaan emosi yang tidak disadari (unconscious). Hasil pengalaman masa lalu yang membentuk innerchild dapat terlihat dalam beragam bentuk sifat dan sikap. 


Innerchild yang cenderung stabil akan memberikan dampak positif tampak dalam wujud emosi yang stabil, perilaku yang sesuai dengan situasi, serta hubungan sosial yang suportif. Sebaliknya jika ada gangguan pada innerchild seseorang  akan membawa masalah pada tingkah laku, emosi, dan hubungan sosialnya (Diamond, 2008). 

Beberapa contoh permasalah innerchild yang belum tuntas pada kehidupan nyata, pernah lihat atau pernah dengar berita mengenai anggota DPR yang berkelahi awalnya adu mulut kemudian lanjut berantem adu jotos saat sidang DPR? Itu merupakan sikap dari innerchild yang belum tuntas yang akhirnya terpancing kemudian muncul. Mungkin kasus-kasus kejahatan lainnya seperti pemerkosaan, pencurian, penyalahgunaan narkoba juga merupakan dampak negatif dari innerchild yang belum selesai dalam diri seseorang.

Perilaku nyata yang pernah saya lakukan yang ternyata baru saya sadari belakangan itu karena permasalahan innerchild saya yang belum selesai. Ketika anak saya melakukan suatu hal yang saya anggap keliru, seperti menumpahkan air, merusak mainannya, berlari-larian tanpa henti kemudian secara spontan tanpa berpikir saya langsung membentak, memarahi, bahkan pernah memukul atau mencubit.

Berdasarkan penjelasan mba Hessa Kartika sebagai pemateri, perilaku saya merupakan bagian dari innerchild negatif yang belum beres. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena pola didikan keluarga waktu kecil dulu juga pernah mendapatkan perlakuan yang serupa sehingga dalam alam bawah sadar diri gerakan atau kebiasaan reflexs tersebut muncul dalam kondisi yang sama seperti waktu kecil dulu. Apa yang orangtua lakukan dulu, diwarisi kembali jadinya terjadi sikap yang sama seperti mereka.

Jawaban satu paragraph dari mba Hessa telah membuat saya tersentak dan kembali mengenang masa kecil saya dulu, bagaimana dulu ketika di meja makan saya tanpa sengaja menumpahkan air minum atau air kuah karena tangan saya yang masih kecil masih belum terlalu kuat untuk memegang sendok sayur ataupun gelas, tetapi mama malah memarahi saya.

Ingatan saya terus bergulir mengingat-ingat kejadian masa lalu, karena tidak hanya sekali itu saja, masih ada kejadian-kejadian kecil yang membuat mama marah kepada saya, padahal dalam hati kecil saya merasa saat itu saya sedang tidak tahu, saat itu saya sedang belajar, saya merasa sangat wajar jika anak kecil melakukan kesalahan yang sama berulang kali, karena itulah proses belajar.

Tapi ya sudahlah…. ada banyak kenangan manis dan indah juga yang saya ingat bersama Mama yang menjadikan saya bisa berhasil seperti sekarang. Sekarang lebih baik fokus memperbaiki diri demi kebaikan bersama. Kemudian mba Hessa memberikan saran.

Bagaimana memperbaiki Innerchild negatif?
Kita tidak bisa melupakan masa lalu yang sudah tertanam di alam bawah sadar kita, lebih tepatnya kita tidak perlu berusaha menghilangkannya dari ingatan kita. Innerchild negatif harus kita kendalikan yang akan memerlukan proses waktu, tenaga, dan jika perlu terapis profesional/psikolog.
Bagaimana jika belum bisa menggunakan terapis profesional? Kita bisa melakukan SELF HEALING. Bagi umat Muslim self healing paling mudah adalah berzikir. Zikir dalam kondisi fokus dimana gelombang otak kita turun ke state alpha. Pikiran tenang dan fokus hanya pada Allah SWT.
Perlu diketahui pikiran tenang dan pikiran kosong itu berbeda, yang benar itu pikiran tenang dan tetap diisi oleh kebesaran Allah SWT, bukan kosong melompong.



Menurunkan gelombang otak secara sederhana bisa kita lakukan dengan cara menghirup napas panjang, rasakan udara yang masuk, tahan sebentar kemudian hembuskan dengan penuh perasaan juga. Bagi Muslim, saat menghirup udara serta menghembuskan dalam hati sebutkan nama Allah.

Lakukan teknik pernafasan panjang ini beberapa kali, cobalah untuk benar-benar menikmati setiap tarikan dan hembusan nafas. Akan lebih terasa cepat turun gelombang otak di state alpha jika mata kita terpejam, kemudin baca istighfar.

Cobalah melakukan hal diatas saat hati mulai diaduk-aduk dan terasa hampir meledak karena marah. Langsung saja pejamkan mata, kemudian tarik nafas panjang, sebut asma Allah dan beristighfar. Pada kesempatan lain, berlatihlah terus untuk menurunkan gelombang otak tersebut seperti khusyuk saat shalat, atau setelah shalat berzikir istighfar sebanyak-banyaknya.

Istighfar dengan sungguh-sungguh biasanya akan membuat kita menangis karena ingat akan dosa-dosa dan benar-benar memohon ampunan Allah SWT atas semua dosa dan kesalahan kita. Termasuk perasaan bersalah karena telah membentak dan memarahi anak kita. Ketahuilah sebenarnya kita sedang merusak sel-sel otak anak kita disaat kita membentak anak kita. Betapa dzolim kita terhadap amanah yang telah Allah titipkan pada kita, astagfirullah.....

Innerchild negatif ini benar-benar harus dikendalikan karena dampaknya sangat merusak bagi diri sendiri, keluarga, bahkan lingkungan. Zaman sekarang, sikap memarahi anak bukanlah suatu hal yang wajar lagi, setelah begitu banyak artikel dan seminar mengenai parenting harusnya kita  aware untuk mengubah pola asuh menjadi lebih baik untuk masa depan anak bukan hanya meniru dari pengalaman orangtua kita terdahulu.


Self healing hanyalah satu diantara cara-cara terapi mengendalikan innerchild, masih ada cara-cara lain, kita coba dulu cara termudah ini dan semoga bisa membantu kita berdamai dengan masa lalu serta menjadi pribadi yang lebih baik.

* tulisan ini berupa ringkasan dari kuliah whatsapp Love Your Inner Child bersama Hessa Kartika

Komentar

Posting Komentar

terima kasih untuk komentar nya. keep in touch ya...

Postingan populer dari blog ini

Indera ketujuh, Indera Proprioseptif

Ide Kegiatan Anak - Merangsang Indera Vestibular

Landmark Baru Kota Samarinda, Menara Lampu Hias dan Patung Kuda di Taman Samarendah