tulisan ini saya buat untuk TIM TEMA HSMN,
saya repost di blog saya semoga bermanfaat. aamiin.....
_"Di
tempat itu arwah Umar akan menyertai kita! Dari sana jugalah kita akan
memenuhi tugas-tugas kegerilyaan kita seperti yang biasa dilakukan oleh
Umar. Kita akan memenuhi perintah Tuhan untuk memerangi orang kafir!”_
lantang Cut Nyak Dhien.
_“Selama aku masih hidup, kita masih
memiliki kekuatan, perang gerilya ini akan kita teruskan! Demi Allah!”
seru Cut Nyak Dhien._ (Madelon H. Szekely-Lulofs, Cut Nyak Din: Kisah
Ratu Perang Aceh, 2010).
Assalamualaikum wr wb.
Ummahat
fillah, Kamis, 16-8-2018, menjelang 1 hari peringatan Hari Kemerdekaan
ke-73 Republik Indonesia, semoga Allah SWT selalu memberi keamanan dan
kesejahteraan kepada Negara tercinta kita, Republik Indonesia. Hari ini kita sedikit mengulas
tokoh-tokoh yang mempunyai peranan penting dalam sejarah. Tokoh-tokoh
yang telah menjadi pahlawan pada masanya dan membawa dampak perubahan di
masa sekarang. Mari kita ambil hikmah dari kisah perjuangan mereka.
Kalimat
pembuka pada artikel ini merupakan kutipan ucapan Cut Nyak Dhien,
Pahlawan Nasional Wanita Muslim Indonesia yang berani, kuat, dan tegas
memerangi _kaphe Ulanda_ alias kafir Belanda. Selain Cut Nyak Dhien,
kita juga memiliki Pahlawan Wanita lainya, diantara Nyi Agung Serang,
Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, R.R. Rasuna Said, Opu Daeng Risadju, dan
masih ada beberapa lainnya.
Cut Nyak Dhien, pahlawan wanita asal
Aceh ini dianggap sebagai pahlawan yang sangat hebat pada masa perang
aceh, karena empat hal berikut :
1. Cut Nyak Dhien berjuang melawan Belanda selama 32 tahun lamanya.
Dalam
masa perang tersebut, perjuangan Cut Nyak Dhien tidak pernah habis.
Perang ini termasuk ke dalam perang yang paling lama di Indonesia.
Pengorbanannya sungguh luar biasa. Perang melawan Belanda dilakukan
dengan strategi gerilya yang luar biasa dan semangat fisabilillah
(berjalan di jalan Allah). Perang ini berlangsung sampai abad terakhir
ke-19.
2. Cut Nyak Dhien, pahlawan yang ditakuti Belanda.
Siapa yang sangka bahwa kehadiran beliau bersama pejuang-pejuang Aceh yang lain membuat ketakutan Belanda semakin menjadi-jadi. Cut
Nyak Dhien adalah wanita yang pemberani sehingga beliau dibenci oleh
Belanda. Beliau adalah anti-Belanda dan akan terus melawan Belanda
hingga Belanda jatuh menyerah.
3. Demi medan perang, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar untuk sama-sama melawan Belanda.
Pada
awalnya Cut Nyak Dhien menolak Teuku Umar untuk menikah dengannya.
Namun setelah Teuku Umar mempersilakannya ikut dalam peperangan, maka
Cut Nyak Dhien menerimanya kembali pada tahun 1880. Hal tersebut membuat
semangat perjuangan Aceh untuk melawan pasukan Belanda. Yang nantinya
mereka melahirkan anak bernama Cut Gambang.
4. Cut Nyak Dhien dijuluki sebagai "Ibu Perbu"
Waktu
itu ulama bernama Ilyas menyatakan bahwa Cut Nyak Dhien dijuluki
sebagai "ibu perbu" dikarenakan beliau ahli dalam bidang agama yang
kemudian diakui oleh presiden Soekarno sebagai pahlawan nasional
Indonesia pada 2 Mei 1964. Istilah tersebut ditemui pada makam Cut Nyak
Dhien pada tahun 1959.
Dari alasan diatas dapat kita pelajari dan
ikuti, bahwa π© perempuan Islam bisa mengambil peran dalam peperangan
untuk membela agama Allah, ketika diri dan agamanya dizhalimi. π©
Lihatlah alasan pernikahan Cut Nyak Dhien dengan Teuku Umar. Sebenarnya
Cut Nyak Dhien seorang janda, sebelumnya sudah pernah menikadengan
Ibrahim Lamnga. Beliau menikah lagi karena ingin bersama dengan mahram
nya berperang melawan Belanda.
π©tetap menjadi seorang yang ahli
dibidang agama. Hal ini merupakan modal utama untuk kesuksesan pada
semua bidang. π©Cut Nyak Dhien tetap menjadi madrasah utama bagi
anak-anaknya, ketika suami pertamanya tewas ditangan Belanda, Cut Nyak
Dhien berpesan kepada anaknya:
_“Wahai anakku, turutlah jejak ayahmu,
Teuku Ibrahim Lamnga. Sekarang ia tidak di rumah, tetapi janganlah
engkau menyangka bahwa ayahmu sedang mengumpulkan kawan untuk kedatangan
kafir, tetapi akan mengusirnya keluar dari tanah Aceh!”_ (Rusdi Sufi,
Aceh Tanah Rencong, 2008).
Kemudian saat anaknya dengan Teuku Umar,
Cut Gambang, meratapi kematian sang ayah, Cut Nyak Dhien memeluknya dan
berucap, _“Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata
pada orang yang sudah syahid!”_ (Lulofs, 2010).
Sungguh besar jiwa patriotisme Cut Nyak Dien. Pada zaman Rasulullah juga terdapat wanita-wanita yang memiliki andil dalam peperangan, diantaranya:
πΉ *Nusaibah binti Ka’ab*
Disebut
sebagai perisai Rasulullah karena keyakinan nya untuk melindungi
Rasulullah dari serangan musuh dalam perang Uhud. Selain itu Nusaibah
bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah,
Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah.
Dalam berbagai
pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan
merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut
serangan musuh.
πΉ *Shafiyyah Binti Abdul Muthalib*
Ketika keamanan
bersama terancam, seorang perempuan harus mampu mengambil tindakan
tegas. Inilah yang diajarkan oleh Shafiyyah binti Abdul Muthalib, bibi
Rasulullah SAW.
Peristiwa ini terjadi di penampungan yang berisi
anak-anak dan perempuan muslimah, saat perang Ahzab terjadi. Seorang
laki-laki dari Bani Quraizah memata-matai tempat penampungan tersebut.
Segera
Shafiyyah ikat bajunya dan ia ambil sebongkah kayu besar. Ia beranikan
diri untuk memukul laki-laki tersebut hingga tersungkur di atas tanah.
Melihat
temannya diperlakukan demikian, kelompok Bani Quraizah beranggapan
bahwa penampungan perempuan muslimah dijaga ketat. Akhirnya hal tersebut
mengurungkan niat mereka untuk melakukan kejahatan terhadap para
perempuan muslimah di penampungan tersebut.
πΉ *Khaulah binti Azur*
Khaulah
binti Azur dengan cekatan menebas musuh bangsa Romawi dalam perang
Yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Dengan menunggang kudanya
dan mengenakan cadar untuk menutupi identitasnya, Khaulah binti Azur
bertempur mati-matian tanpa mengenal lelah dan berhasil membuat barisan
pasukan Romawi menjadi kocar-kacir.
Dalam pertempuran berikutnya
Khaulah binti Azur dan beberapa muslimah lainnya tertawan pihak Romawi.
Meskipun tertawan, Khaulah pantang menyerah dan melakukan aksi
pemberontakan.
Saat tenda-tenda perkemahan pasukan Romawi sepi karena
ditinggal berperang, Khaulah dan kawan-kawannya mengambil tiang-tiang
tenda sebagai senjata. Dengan penuh keberanian, Khaulah dan
kawan-kawannya menghantam pasukan penjaga dan berhasil meloloskan diri.
Selain
perempuan-perempuan hebat diatas, tentunya istri-istri Rasulullah juga
memiliki peranan besar dalam perkembangan Islam, serta Fathimah anak
Rasulullah SAW.
Sebagai perempuan zaman _now_ kita tentu sepakat ya
untuk bisa mengikuti hal-hal baik yang telah tercatat dalam sejarah
sesuai dengan kondisi sekarang. Media teknologi yang kita genggam bisa
menjadi media dakwah bagi kita.
Peranan penting seorang istri dalam
mendukung suami untuk berjuang di jalan Allah, sehingga langkah suami
menjadi ringan. Menjadi seorang Ibu yang terampil dan ahli dalam
mengkader keturunannya agar menjadi pemuda-pemudi yang berkarakter
Islam, cendekiawan cerdas yang berpegang pada Al Quran dan As Sunnah.
Kekuatan para suami dan anak-anak terletak pada perempuan.
Komentar
Posting Komentar
terima kasih untuk komentar nya. keep in touch ya...